Senin, 13 September 2010

Latar Belakang IKASSA


SEJARAH

Ikatan Sepak bola Santri Al-Mukminun Football Club (Ikassa FC). Ya, nama itu pertama kali dicetuskan oleh Slamet Rahardjo, mantan Ketua Remaja Masjid A-Mukminun edisi 90-an, atau periode pertama sejak didirikannya rumah Allah yang beralamat di Bulak Banteng Wetan XIV No.1-3 Surabaya, Jawa Timur.
Tim tersebut terlahir setelah beberapa santri yang mengaji di Al-Mukminun menyampaikan keinginannya bermain sepak bola. Terlebih, ketika lapangan di samping masjid selesai dibangun. Hasrat para santriwan bermain dan mengocek si kulit bundar semakin tak terkendali.
Berbagai saran dan harapan terus digelorakan oleh para santri kala itu. Hingga akhirnya, trio remaja masjid, masing - masing Gatot Wibowo, Ilsa Rachman Rizqy, dan Mochtar Kusuma alias Nanang, sepakat membentuk tim sepak bola khusus santri Al-Mukminun.
Slamet Rahardjo tak diam. Dengan ide kreatif yang dimilikinya sejak kecil, sebuah nama indah (Ikassa FC), berikut lambangnya, resmi diluncurkan.
Tidak hanya itu saja, bahkan kostum kebanggan pun di-launching. Dengan warna kebesaran ungu-ungu, membuat para pemain bangga mengenakannya. "Semoga dengan adanya skuad Ikassa FC mampu membangkitkan semangat berolah raga dan mengakrabkan tali silaturrahmi," ujar putra sulung Pakde Toyo tersebut.
Saat itu, penghuni skuad Ikassa FC beberapa diantaranya adalah Irham Ramadhani Saputra atau yang akrab disapa Dani, Azmi Miftahul Falah alias Miftah, Ilham, Fiqih, Devid, serta anggota remas senior.
Setiap minggu sore, bertempat di lapangan Al-Mukminun, mereka dilatih oleh "coach" Slamet Rahardjo. "Semoga Ikassa FC dapat bertahan dan terus semangat. Insya Allah prestasi membanggakan bisa diraih," tutur pria berkaca mata yang kini menjadi pengusaha sukses tersebut.


KEKALAHAN TERBESAR

Pernah Takluk 7-0, Bermain di lapangan pasir di atas laut Pantai Kenjeran, skuad Ikassa FC bermain tegang dan demam lapangan. Maklum, saat itulah pengalaman pertama kali tampil dan bertanding di hadapan ratusan penonton pada turnamen resmi.
Hembusan angin kencang dan desiran gelombang laut, seolah menjadi saksi bisu bagaimana Ilsa dkk digelontor 7 gol tanpa balas.
Para pemain seolah kaget dan tak percaya dengan kekalahan dari tim asli Kenjeran atau biasa dikenal dengan sebutan penduduk pinggir laut.
"Kita kalah segalanya, baik dari teknis maupun non teknis. Dari segi permainan serta dukungan suporter lawan, membuat kami keder dan nervous bermain di lapangan. Aksi-aksi cantik selama latihan pun nyaris tak terlihat," tutur Ilsa yang saat itu menjadi kapten tim.
"Tapi itu kita jadikan bekal berharga dan pengalaman yang sangat penting. Dari kekalahan itu, kita bisa belajar banyak dan memperbaiki lini per lini," tambah kiper berkaca mata yang harus ikhlas jalanya ditembus 7 kali berturut-turut itu.
Usai kekalahan telak tersebut, skuad Ikassa FC berbenah. Laga persahabatan terus digelar. Alhasil, kemenangan demi kemenangan diraih. Saat itu, sering sekali friendly game melawan remas lain, diantaranya At-Taqwa, Al-Hakim, Ahmad Yani dan remas lainnya menjadi "musuh" sesaat.

The New Ikassa FC
Seiring berjalannya waktu, skuad Ikassa FC semakin banyak dilamar oleh santri-santri yang mengenyam pendidikan agama di masjid kebanggaan warga Bulak Banteng tersebut. Beberapa pemain baru bermunculan. Mereka seolah ingin meneruskan perjuangan tak kenal lelah yang dicetuskan skuad terdahulu.
Berbekal semangat dan kenekatan, para santri Al-Mukminun ingin menghidupkan kembali perjalanan sepak bola Al-Mukminun. Hingga akhirnya, dimotori oleh Vembri Cs, berdiri tim Green Bull alias Banteng Hijau.
Semangat arek-arek ini perlu mendapat apresiasi khusus dan sangat dibanggakan. Namun, karena kurang berkembang, tim tersebut ditutup dan kembali menggunakan nama Ikassa FC.
Jearsey dan kostum baru pun diluncurkan. Warnanya hitam-hitam, dan tetap bertuliskan Ikassa. Kembali semangat arek-arek Al-Mukminun terlecut. Dengan kegigihan dan semangat "urunan", secara perlahan, tapi pasti dan rutin, latihan terus digelar.
"Kalau tidak urunan, darimana dapat uang, lha wong tidak ada kucuran dana khusus dari anggota ataupun takmir masjid," ucap Eko Susilo, kiper sekaligus manajer keuangan Ikassa FC.
Saat ini, kapten tim dipegang oleh Ivan, arek Bulak Banteng Wetan XIV/11. Siswa SMA Barunawati tersebut selalu menjadi pemimpin tim ketika latihan maupun bertanding. Dengan tinggi bak pemain veteran Rep. Ceko, Jan Kohler tersebut, sang kapten tercatat sebagai skuad inti. Kelebihannya yakni sundulan kepala karena tubuhnya yang jangkung dan biasa mengoyak jala lawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar